Belajar Empathic Communication di Ajang Oscar 2022
Academy Award atau yang biasa kita kenal sebagai Piala Oscar adalah sebuah perhelatan bergengsi dari Amerika Serikat yang diadakan untuk menghargai karya para pelaku dalam industri film di seluruh dunia. Selama 93 tahun berlangsung, banyak kejadian dan cerita menarik yang pernah terjadi dalam acara besar ini. Ajang 94th Academy Awards yang berlangsung di Dolby Theatre di Hollywood, Los Angeles, California, AS pada 27 Maret 2022 juga menorehkan cerita yang cukup menggemparkan warga dunia.
Sebagai komedian yang didaulat sebagai pembaca nominasi “Best Documentary Feature”, Chris Rock membawakan monolog untuk mengawali pembacaan nominasi tersebut. Dalam salah satu bagian monolognya, Chris Rock menjadikan aktris Jada Pinkett Smith, istri dari aktor Will Smith sebagai bahan jokes-nya, atau yang biasa dikenal dengan istilah roasting dalam dunia Stand-up Comedy. Rock mengatakan bahwa dia menantikan sekuel dari ‘G.I. Jane’ kepada Jada. Hal ini dikarenakan penampilan Jada yang mengidap autoimun alopecia – penyakit yang menyerang folikel rambut sehingga menyebabkan kebotakan – membuatnya mirip dengan karakter utama film ‘G.I. Jane’ yang diperankan Demi Moore. Will Smith yang awalnya tertawa mendengar lelucon itu langsung naik ke atas podium Oscar dan mendaratkan tamparan keras yang dilanjutkan dengan makian untuk Chris Rock. Kejadian ini sontak membuat seluruh hadirin yang hadir kaget dan bingung melihat kejadian tersebut.
Banyak orang yang berpendapat Chris Rock sudah melontarkan lelucon tidak pantas kepada Jada Pinkett Smith. Sebagai seorang public figure dan juga seorang komika yang erat berbicara di depan publik, seharusnya Chris mengenal Empathic Communication, salah suatu bentuk komunikasi yaitu Public Speaking.Apa itu Empathic Communication? Menurut Stephen Covey dalam bukunya yang berjudul “The 7 Habits of Efficient People”, Empathic Communication adalah sikap yang menunjukkan kepada lawan bicara bahwa pikiran, emosi, sikap, dan nilai yang mereka anut sedang dipahami. Dengan menyinggung penampilan fisik dan secara tidak langsung juga menyinggung penyakit yang diderita Jada, maka Chris Rock tidak menunjukkan sikap empati atau memahami emosi istri dari Will Smith tersebut.
Memang sudah tugas Chris Rock sebagai seorang Stand up Comedy-an atau comic untuk menghibur audiens dengan jokes-nya. Namun jika mengacu pada teori Empathic Communication, kurang pantas bagi Chris Rock membawakan materi soal penyakit alopecia yang diderita Jada di forum sebesar Oscar. Apalagi Jada sudah terang-terangan menceritakan perjuangannya menghadapi alopecia sejak tahun 2018. Andaikata lelucon dari Chris Rock tersebut tidak terucap saat Piala Oscar pun, jokes semacam ini tetap tidak memberikan rasa empati bagi para penderita alopecia.
Will Smith memenangkan nominasi ‘Best Actor’ untuk perannya dalam film ‘King Richard’ malam itu. Dalam pidatonya, Will Smith sempat menitikkan air mata sambil meminta maaf kepada Academy Awards ke-94 yang dipersembahkan oleh Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS) dan rekan-rekan nomine atas apa yang telah terjadi. Smith juga menambahkan bahwa “cinta akan membuatmu melakukan hal-hal gila.”
Di sisi lain, banyak juga yang menyayangkan sikap Will Smith dalam kejadian tersebut. Smith dinilai tidak bersikap profesional karena melakukan tindak kekerasan dan menyela penampilan Chris Rock saat berada di atas panggung.
Sebagai seorang praktisi Public Relations, kita mendapatkan pelajaran penting dari ajang Piala Oscar 2022 yakni Emphatic Communication. Jika kita memiliki empati, kita akan mampu memahami apa yang dirasakan seseorang pada saat tertentu, dan memahami mengapa tindakan orang lain masuk akal bagi mereka. Empati membantu kita untuk mengomunikasikan ide-ide kita dengan cara yang masuk akal bagi orang lain dan membantu kita untuk memahami perilaku audiens kita, termasuk mengantisipasi reaksi audiens. Apabila kita berperan sebagai komunikator, setidaknya ada 6 (enam) keterampilan Empathic Communication yang efektif yakni menentukan nilai hubungan Anda, penyelarasan, objektif, memahami emosi, berempati dengan orang lain, dan mengendalikan emosi.
Sebaliknya, sebagai seorang komunikan atau pendengar, kita juga harus bisa menghargai saat seorang komunikator sedang menyampaikan pesan kepada kita. Peran pendengar yang empatik adalah menjadi suportif, baik hati, dan peduli. Dengarkan baik-baik tanpa menghakimi. Menyela sesekali untuk menunjukkan bahwa Anda telah memahami apa yang dikatakan. Bila perlu, ulangi frasa kunci untuk mendorong pembicara membuka diri. Walaupun kita mungkin tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh komunikator tersebut, di dalam Empathic Communication kita perlu menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan keberatan terhadap materi pesan tersebut tanpa dengan kekerasan, baik verbal maupun fisik.
Penulis: Gerald Manuel
Sumber: