Patrick Kluivert dan Strategi Public Relations PSSI

Keputusan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) mengganti pelatih kepala Tim Nasional Sepakbola Indonesia Shin Tae-yong dengan sosok Patrick Stephan Kluivert menuai sejumlah kontroversi. Hal-hal mengenai prestasi kepelatihan di masa lalu ketika sebagai asisten di AZ dan NEC, serta di Australia bersama Brisbane Roar, tim Jong Twente dan menjadi asisten pelatih Louis van Gaal di tim nasional Belanda.
Prestasi yang kurang moncer saat Kluivert menukangi tim nasional Curaçao untuk kualifikasi Piala Dunia FIFA 2018 dan kualifikasi Piala Karibia 2017, ditambah rekam jejak di luar lapangan jadi pembahasan hangat di semua lini masa. Perbincangan mengenai Patrick di linimasa media sosial cukup ramai, terutama di awal-awal pengukuhannya sebagai pelatih kepala Tim Nasional Sepakbola Indonesia untuk periode 2025 hingga 2027. Apalagi target yang ditanggung pelatih berusia 48 tahun ini cukup berat, yakni meloloskan Indonesia ke Kualifikasi Piala Dunia dengan sisa 4 pertandingan di babak ke-3.
Pada awal pengumuman ditunjuknya Patrick sebagai Pelatih Kepala, tingkat penolakan masyarakat – terutama penggemar sepak bola – terpantau cukup tinggi di sosial media. Penolakan ini mulai mereda ketika PSSI mengumumkan daftar lengkap tim kepelatihan di bawah kepemimpinan Patrick. Nama-nama semisal Alex Pastoor dan Denny Landzaat sebagai asisten pelatih Timnas Garuda mendapat respons yang cukup positif. Sejumlah media dan pundit mulai menaruh harapan pada tim kepelatihan baru.
Seperti yang telah diketahui, dalam daftar Tim Kepelatihan yang dibangun oleh Patrick Kluivert, pengalaman dan reputasi asisten pelatih yang dibawa, termasuk Gerald Vanenburg, cenderung lebih mentereng ketimbang milik sang Pelatih Kepala sendiri. Tak pelak jika kemudian muncul dugaan bahwa penunjukan Patrick di awal Januari lalu, merupakan salah satu maneuver ala Public Relations (PR) yang dilakukan oleh PSSI.
Dari sebuah video diskusi di Ziggo Sport, Alex Pastoor menjelaskan alasan dan perasaannya dalam menjalani tugas sebagai Asisten Pelatih di Timnas Indonesia, bersama dengan Denny. Menurutnya, nama besar Patrick saat menjadi pemain dianggap bisa menjadi ikon atau wajah dari tim kepelatihan. Branding Patrick sebagai mantan pesepakbola ternama dunia bisa digunakan oleh PSSI untuk mempromosikan Timnas, menghadirkan asisten pelatih yang mumpuni, juga pemain berkualitas di kemudian hari.
Meski tidak serta-merta diakui oleh Alex di acara tersebut, Alex dan Denny tidak memungkiri bahwa peran Patrick cukup besar bagi mereka dalam memutuskan untuk bergabung dengan Timnas Indonesia. Dari sini pula, terlihat bahwa Alex akan bertugas untuk meramu pemain dan strategi tim secara taktikal, sementara Denny lebih berperan sebagai pelatih teknikal dalam memadukan filosofi sepak bola yang sesuai antara tim kepelatihan dengan pemain.
Langkah terbaru, nama Patrick Kluivert juga mempengaruhi kompatriotnya di timnas sepak bola Belanda turut bergabung di proyek Timnas garuda. Adalah Jordi Cruyff yang ditunjuk sebagai technical advisor dan akan bekerja sama dengan pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert terkait pengembangan Skuad Garuda.
Di sisi lain, sosok Patrick Kluivert juga berpengaruh dalam mendorong dan mempermudah scouting serta proses naturalisasi pemain berdarah Indonesia yang bermain di Eropa, terutama Belanda. Selain memanfaatkan susunan pemain yang telah ditinggalkan oleh tim kepelatihan lama, Patrick juga memiliki hak untuk meminta pemain berkualitas yang bermain di level Eropa.
Dengan nama besar Patrick, dan persuasi dari PSSI, hal ini dianggap akan berlangsung lebih lancar. Buktinya, setelah berhasil mendorong naturalisasi Ole Romeney, sudah mengantongi tiga nama pemain lain. Ketiga pemain tersebut adalah Emil Audero, Dean James dan Joey Pelupessy. Berdasarkan wawancara dengan ketua PSSI, Erick Thohir akhir Minggu lalu, proses naturalisasi ketiga pemain ini berjalan lancar dan relatif lebih cepat.
Mengingat bahwa sebagian besar pemain Timnas Indonesia yang bermain di luar negeri memiliki darah Belanda, maka Patrick pun menjadi satu solusi yang menjanjikan dalam berkomunikasi. Menghilangkan jurang bahasa, serta menjadi sosok panutan yang mudah dan relatable untuk dicontoh oleh para pemain Timnas di lapangan.
Terlepas bagaimana nanti hasilnya saat menjalani 4 (empat) partai terakhir di Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, sosok Patrick mampu menjadi jembatan dan public relations bagi Timnas Indonesia. Setidaknya untuk mencapai badan tim kepelatihan yang terlihat menjanjikan sampai saat ini. Terus berjuang, Tim Garuda!
Penulis: Amad San