Era Baru Personal Branding: Mengapa PR menjadi Senjata Rahasia untuk Menonjol di Dunia Digital

Di era digital yang serba terhubung satu sama lain seperti sekarang, personal branding bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. Setiap individu, baik itu profesional, pebisnis, atau bahkan content creator, perlu membangun citra diri yang kuat untuk bisa menonjol di tengah persaingan yang semakin ketat. Namun, membangun personal branding 1 tidak semudah mengunggah foto di media sosial atau membuat profil LinkedIn yang menarik. Di sinilah peran Public Relations (PR) menjadi penting dan krusial. PR tidak hanya berfungsi untuk membangun reputasi perusahaan, tetapi juga bisa menjadi alat ampuh untuk membentuk dan mengelola citra pribadi seseorang.
Menurut data dari LinkedIn, 70% profesional percaya bahwa personal branding sangat penting untuk kesuksesan dalam karier. Namun, hanya 50% orang yang merasa memiliki personal branding yang kuat. Ini menunjukkan bahwa banyak orang menyadari pentingnya citra diri, tetapi tidak semua tahu cara membangunnya dengan efektif. Di sinilah fungsi dari PR. Dengan formulasi yang tepat, PR dapat membantu seseorang menciptakan narasi yang konsisten, otentik, dan menarik tentang diri mereka, yang pada akhirnya membentuk persepsi positif di mata publik.
Salah satu contoh nyata adalah bagaimana tokoh-tokoh seperti Oprah Winfrey dan Elon Musk membangun personal branding mereka. Oprah, misalnya, tidak hanya dikenal sebagai pembawa acara televisi, tetapi juga sebagai sosok yang inspiratif dan peduli terhadap isu-isu sosial. Citra ini tidak terbentuk secara kebetulan, melainkan disusun melalui strategi PR yang matang. Setiap penampilan, wawancara, atau kampanye yang dilakukannya dirancang untuk memperkuat narasi tentang dirinya. Begitu pula dengan Elon Musk, yang memanfaatkan PR sehingga berhasil membangun citranya sebagai inovator visioner di bidang teknologi dan luar angkasa.
Menurut Al Ries, pakar pemasaran dan penulis buku The 22 Immutable Laws of Branding, “Personal branding adalah tentang menciptakan persepsi yang kuat dan konsisten tentang siapa Anda dan apa yang Anda wakili.” PR memainkan peran penting dalam hal ini dengan mengelola bagaimana seseorang dipersepsikan oleh media, audiens, dan industri. Misalnya, melalui media relations, PR dapat memastikan bahwa klien mereka mendapatkan liputan positif di media yang relevan. Dalam tataran yang lebih tinggi, PR dapat membantu seseorang memulihkan citra mereka ketika menghadapi situasi yang dianggap merugikan, melalui manajemen krisis yang tepat, seperti beberapa kasus yang telah ditangani SEQARA Communications.
Selain itu, PR juga membantu dalam membangun sebuah kredibilitas. PR dapat membantu seseorang memposisikan diri sebagai ahli melalui berbagai cara, seperti menulis artikel opini, menjadi pembicara di sebuah acara, atau mendapatkan penghargaan yang relevan. Contohnya, seorang CEO startup teknologi bisa bekerja sama dengan tim PR untuk mempublikasikan pemikirannya tentang tren industri di media terkemuka, sehingga ia tidak hanya dikenal sebagai pemimpin bisnis, tetapi juga sebagai pemikir visioner.
Di era media sosial, peran PR dalam personal branding semakin kompleks namun juga semakin penting. Platform seperti Instagram, X, dan LinkedIn telah menjadi panggung di mana citra seseorang bisa dibentuk atau dihancurkan dalam sekejap. Menurut data dari Sprout Social, 57% konsumen lebih mungkin membeli dari merek atau individu yang mereka ikuti di media sosial. PR dapat membantu mengelola konten dan interaksi di platform ini untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan selaras dengan citra yang ingin dibangun. Misalnya, seorang influencer bisa bekerja sama dengan tim PR untuk merencanakan konten yang tidak hanya menarik, tetapi juga memperkuat nilai-nilai yang mereka wakili.
Namun demikian, personal branding bukan hanya tentang menciptakan sebuah citra yang sempurna. Menurut Simon Sinek, penulis buku Start With Why, “People don’t buy what you do; they buy why you do it.” Artinya, personal branding yang efektif harus didasarkan pada keaslian dan tujuan yang jelas. PR membantu seseorang menemukan dan menyampaikan “why” mereka dengan cara yang menarik dan relevan bagi audiens. Misalnya, seorang aktivis lingkungan bisa menggunakan PR untuk menyebarkan pesan tentang pentingnya keberlanjutan, sambil membangun citra dirinya sebagai sosok yang konsisten dan berkomitmen.
Pada akhirnya, PR adalah tentang membangun cerita alias story telling. Seperti yang dikatakan oleh Brian Solis, seorang analis digital terkemuka, “PR adalah seni membangun cerita yang tidak hanya didengar, tetapi juga dirasakan dan diingat.” Dalam konteks personal branding, cerita ini adalah tentang siapa Anda, apa yang Anda percayai, dan bagaimana Anda memberikan nilai bagi orang lain. Dengan bantuan PR seperti SEQARA Communications, cerita ini bisa disampaikan dengan berbagai cara yang memukau, mempengaruhi persepsi, dan pada akhirnya, membangun personal branding yang kuat dan berkesan.
Dari Oprah hingga Elon Musk, dari media tradisional hingga media sosial, PR telah membuktikan dirinya sebagai alat yang tak ternilai dalam membentuk personal branding. Bukan sekadar tentang menjadi terkenal, tetapi tentang menciptakan citra yang otentik, konsisten, dan bermakna. Citra bukanlah hanya untuk dikenang, tetapi juga dapat memberikan sebuah inspirasi.
1 Personal branding adalah proses membentuk citra diri di mata publik. Personal branding dapat mencakup kepribadian, kemampuan, dan nilai-nilai yang membedakan seseorang dari orang lain.
Penulis: Aryo Meidianto